Rumpun bahasa Kalimantan Utara Raya
Kalimantan Utara Raya | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Wilayah | sebagian besar Pulau Kalimantan sebagian Sumatra, Jawa dan Asia Tenggara Daratan | ||||||||
Penutur | |||||||||
| |||||||||
Kode bahasa | |||||||||
ISO 639-3 | – | ||||||||
Glottolog | nort3253 [1] | ||||||||
![]() | |||||||||
L • B • PW ![]() ![]() ![]() | |||||||||
![Tentang artikel](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/06/OOjs_UI_icon_add.svg/20px-OOjs_UI_icon_add.svg.png)
Pemberitahuan | |
---|---|
Templat ini mendeteksi bahwa artikel bahasa ini masih belum dinilai kualitasnya oleh ProyekWiki Bahasa dan ProyekWiki terkait dengan subjek. | |
Terjadi [[false positive]]? Silakan laporkan kesalahan ini. | |
19.48, Senin, 29 Juli, 2024 (UTC) • hapus singgahan Sebanyak 1.358 artikel belum dinilai | |
![Cari artikel bahasa](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/de/OOjs_UI_icon_search-ltr.svg/20px-OOjs_UI_icon_search-ltr.svg.png)
![Artikel bahasa sembarang](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/58/OOjs_UI_icon_die.svg/20px-OOjs_UI_icon_die.svg.png)
Rumpun bahasa Kalimantan Utara Raya adalah subkelompok yang diusulkan dalam rumpun bahasa Austronesia. Subkelompok ini mencakup bahasa-bahasa yang dituturkan di sebagian besar Pulau Kalimantan (terkecuali daerah tenggara yang ditempati penutur bahasa-bahasa Barito Raya), sebagian Sumatra, Jawa, dan Asia Tenggara Daratan. Hipotesis Kalimantan Utara Raya pertama kali diajukan oleh Robert Blust (2010) dan dikembangkan lebih jauh oleh Alexander Smith (2017a, 2017b).[2][3][4] Bukti yang diberikan untuk teori ini sepenuhnya merupakan bukti leksikal (inovasi kosakata).[5]
Subkelompok yang diajukan mencakup beberapa bahasa utama di Asia Tenggara, termasuk bahasa Melayu (bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia) dan bahasa-bahasa Melayik yang berkerabat dengannya, seperti bahasa Minangkabau, bahasa Banjar dan bahasa Iban; serta bahasa Sunda dan bahasa Aceh. Di Kalimantan sendiri, bahasa Kalimantan Utara Raya non-Melayik terbesar dalam hal jumlah penutur adalah bahasa Dusun Tengah, yang lazim dituturkan di Sabah.[6]
Karena hipotesis Kalimantan Utara Raya juga memasukkan bahasa-bahasa Melayik, Chamik, dan Sunda, usulan ini berselisih dengan hipotesis Melayu-Sumbawa (mencakup bahasa-bahasa Melayik, Chamik, Sunda, dan Bali-Sasak-Sumbawa) yang diajukan oleh Alexander Adelaar.[7][8]
Klasifikasi
Blust (2010)
Robert Blust mengusulkan beberapa inovasi kosakata yang mendefinisikan subkelompok Kalimantan Utara Raya. Di antara inovasi leksikal ini adalah pergantian dari *pitu dalam bahasa Proto-Melayu-Polinesia menjadi *tuzuq untuk kata 'tujuh'.[2] Kelompok-kelompok berikut dimasukkan ke dalam Kalimantan Utara Raya oleh Blust:
- Kalimantan Utara
- Sabah Timur Laut
- Sabah Barat Daya
- Sarawak Utara
- Kayanik
- Dayak Darat
- Banyadu-Bekati
- Bidayuh-Dayak Darat Selatan
- Melayu-Chamik
- Sunda
- Rejang
- Moken
Smith (2017a, 2017b)
Smith menambahkan satu cabang tersendiri bagi bahasa-bahasa Sarawak Tengah di dalam Kalimantan Utara Raya, menggabungkan bahasa-bahasa Melanau, Kajang, Punan, dan Müller-Schwaner.[9] Selain itu, ia juga memisahkan Moklenik dari Kalimantan Utara Raya dan menempatkannya sebagai salah satu cabang utama Melayu-Polinesia.[4]
- Kalimantan Utara
- Sabah Timur Laut
- Sabah Barat Daya
- Sarawak Utara
- Sarawak Tengah
- Melanau
- Kajang
- Punan–Müller-Schwaner
- Kayanik
- Dayak Darat
- Melayu-Chamik
- Sunda
- Rejang
Lihat juga
Rujukan
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Kalimantan Utara Raya". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
- ^ a b Blust 2010, hlm. 44, 47.
- ^ Smith 2017a, hlm. 346–364.
- ^ a b Smith 2017b, hlm. 459–460.
- ^ Blust 2010, hlm. 68.
- ^ Blust 2013, hlm. 65.
- ^ Blust 2010, hlm. 81.
- ^ Adelaar 2005.
- ^ Smith 2017a, hlm. 319.
Daftar pustaka
- Adelaar, Alexander (2005). "Malayo-Sumbawan". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 44 (2): 357–388. JSTOR 3623345.
- Blust, Robert (2010). "The Greater North Borneo Hypothesis". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 49 (1): 44–118. JSTOR 40783586.
- Blust, Robert (2013). The Austronesian languages. Asia-Pacific Linguistics. 8. Canberra: Asia-Pacific Linguistics, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University. ISBN 9781922185075.
- Smith, Alexander D. (May 2017). The Languages of Borneo: A Comprehensive Classification (Tesis Ph.D. Dissertation). University of Hawai‘i at Mānoa.
- Smith, Alexander D. (December 2017). "The Western Malayo-Polynesian Problem". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 56 (2): 435–490. doi:10.1353/ol.2017.0021.
Bacaan lanjutan
- Adelaar, Alexander; Himmelmann, Nikolaus, ed. (2005). The Austronesian languages of Asia and Madagascar. London and New York: Routledge. ISBN 9780700712861.
- Blust, Robert; Smith, Alexander D. (2014). A bibliography of the languages of Borneo (and Madagascar). Borneo Research Council Reference Series. 2. Phillips, Maine: Borneo Research Council. ISBN 9781929900152.
- Lobel, Jason William (2016). North Borneo Sourcebook: Vocabularies and Functors. University of Hawaii Press. ISBN 9780824857790.
- l
- b
- s
Bahasa-bahasa di Kalimantan * | |
---|---|
|
|
Bahasa-bahasa di Papua * | |
---|---|
|
1 Kreol • 2 Bahasa isyarat • 3 Bahasa isolat • 4 Bahasa Pidgin • 5 Tidak diklasifikasikan
a juga dituturkan di Malaysia dan/ Brunei Darussalam. • b juga dituturkan di Timor Leste, Papua Nugini dan/ negara-negara Oseania lainnya. Italik: Bahasa punah atau bahasa mati. *Catatan: Kalimantan dan Papua di sini hanya yang termasuk dalam teritori Indonesia.