Pa kapal

Pa kapal
Aksara Bali
Huruf LatinPa
IASTPha
Fonem[pʰ]
UnicodeU+1B28 , U+
Warga aksaraosthya
Gempelan

Pa kapal adalah salah satu huruf dalam aksara Bali yang termasuk ke dalam warga osthya (konsonan dwibibir/labial), dibaca seperti huruf "p" yang disusul oleh hembusan /ha/.[1] Bila Pa kapal dialihaksarakan dari aksara Bali menjadi huruf Latin, maka ditulis "pha".[2] Pa kapal juga termasuk ke dalam aksara mahaprana, karena bila dibaca maka hembusannya harus jelas terdengar.

Bentuk

Pa kapal dalam aksara Bali mirip dengan Pa murda dalam aksara Jawa. Bentuk Pa kapal persis dengan bentuk angka 8 dalam aksara Bali, di mana dalam aksara Jawa juga terjadi hal yang sama. Jika menulis angka 8 dan Pa kapal bersamaan dalam sebuah kalimat, maka angka 8 harus diawali dan diakhiri dengan tanda carik siki (atau dengan carik kalih, jika di akhir kalimat). Dengan demikian, huruf dan angka dapat dibedakan.

Aksara Jawa Aksara Bali
Pa Murda Angka 8 Pa kapal Angka 8

Fonem

Pa kapal melambangkan bunyi /pʰa/, yaitu bunyi /p/ yang disusul oleh hembusan /ha/. Meskipun Pa kapal diucapkan /pʰa/, tetapi kini dalam percakapan berbahasa Bali sehari-hari, perbedaan antara bunyi /pʰa/ dan /pa/ hampir tak terdengar dan disamakan pengucapannya.[3]

Bunyi /pʰa/ berbeda dengan bunyi /f/ dan /v/, meskipun ketiganya merupakan konsonan labial. /pʰa/ adalah bunyi aspirasi dari /p/, sedangkan /f/ adalah konsonan frikatif labiodental tak bersuara dan /v/ adalah konsonan frikatif labiodental bersuara. Jadi, Pha tidak sama dengan Fa, apalagi Va.

Penggunaan

Pa kapal biasanya digunakan saat menulis kata-kata yang mengandung bunyi "Pha". Biasanya, kata-kata tersebut jarang terdapat pada kosakata bahasa Bali asli, melainkan pada kosakata bahasa Bali yang diserap dari bahasa non-Bali (misalnya bahasa Sanskerta maupun bahasa Jawa Kuno). Contoh beberapa kata serapan (dalam bahasa Bali) yang menggunakan Pa kapal, yaitu: pala (dari bahasa Sanskerta: phala); repa (dari bahasa Sanskerta: raipha); palguna (dari bahasa Sanskerta: phalguṇa). Huruf Latin "p" pada kata-kata tersebut patut diganti dengan Pa kapal apabila disalin menjadi aksara Bali.

Lihat pula

  • Pa

Catatan kaki

  1. ^ Surada, hal. 9.
  2. ^ Surada, hal. 5.
  3. ^ Tinggen, hal. 7.

Referensi

  • Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
  • Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.
  • l
  • b
  • s
Aksara Bali
Aksara suara
(Vokal)
A
A kara
I
I kara
U
U kara
Ṛ
Ra repa
Ḷ
La lenga
E
E kara
O
O kara
 
Warga Kanthya
(Konsonan
langit-langit belakang)
Ka
Ka
Kha
Ka mahaprana
Ga
Ga
Gha
Ga gora
Nga
Nga
Ha
Ha
 
Warga Talawya
(Konsonan langit-langit)
Ca
Ca
Cha
Ca laca
Ja
Ja
Jha
Ja jera
Nya
Nya
Sha
Sa saga
 
Warga Murdhanya
(Konsonan tarik-belakang)Warga Dantya
(Konsonan gigi)
Ta
Ta
Tha
Ta tawa
Da
Da
Dha
Da madu
Na
Na
Sa
Sa danti
 
Warga Osthya
(Konsonan bibir)
Pa
Pa
Pha
Pa kapal
Ba
Ba
Bha
Ba kembang
Ma
Ma
 
Aksara ardhasuara
(Semivokal)
Ya
Ya
Ra
Ra
La
La
Wa
Wa
 
Pangangge (tanda diakritik)
Pangangge suara
(tanda vokalisasi)
a
Pepet
a
Tedung
i
Ulu
ī
Ulu sari
ṛ
Guwung macelek
u
Suku
ū
Suku ilut
e
Taling
ai
Taling detya
Pangangge tengenan
h
Bisah
r
Surang
ng
Cecek
-
Adeg-adeg
 
Pangangge aksara
(tanda semivokalisasi)
y
Nania
w
Suku kembung
r
Guwung
 
Ceciren ring babawosan (tanda baca)
 
,
Carik
.
Carik kalih
.
Pasalinan
:
Pamungkah
"
Idem
‘
Panten
“
Pamada