Macan Kurung

Macan Kurung[1] Belakang Gunung, Mulyoharjo sebagai produk seni ukir khas Jepara, bahkan dipercaya sebagai cikal bakal seni ukir Jepara, keberadaannya semakin tergeser dengan beragam seni ukiran kayu yang berkembang pada saat ini. Kerumitan dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam pembuatan serta harga yang relatif tinggi menjadi salah satu penyebab terjadinya kelesuan pasaran macan kurung.

Jika tidak diantisipasi, kedepan akan punah dan generasi mendatang tidak akan mengenal lagi seni yang berestetika tinggi tersebut. Dalam rangka melestarikan dan membangkitkan kembali seni ukir ”Macan Kurung”, Pemkab Jepara kedepan akan menerbitkan sebuah buku karya putra asli Jepara berjudul ”Macan Kurung Belakang Gunung”. Harapannya buku ini nantinya dapat dijadikan referensi bagi masyarakat Jepara dan para pelajar di Jepara Bumi Kartini sebagai muatan lokal.

Bupati Jepara, Drs. Hendro Martojo dalam audiensi dengan penulis serta pejabat terkait, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Disparbud, Bagian Kesmas telah menemui titik kesepakatan untuk meperbanyak buku melalui dana stimulan dari Bagian Kesmas untuk selanjutnya diedarkan kepada sekolah sebagai bahan referensi serta tambahan khasanah muatan lokal, Selasa (03/10).

Penulisnya adalah Kus Haryadi SPd guru SMP Negeri 02 Dermolo yang didampingi tim penyusun Danang Putra Gumilang SS (editor) serta tim penyusun Fatkhur, Bagio dan Agung Darmawan mengaku sangat bahagia apabila buku ini nantinya layak terbit dan menjadi salah satu referensi bagi muatan lokal sekolah di Jepara, perpustakaan, pemerhati seni ukur pengrajin ukir mulyoharjo, serta pihak-pihak yang membutuhkan.

Asal usul

Macan Kurung[2] adalah sebuah karya seni ukir khas Jepara yang berkembang sejak zaman RA Kartini dan mengalami kejayaan selama kurang lebih satu abad sesudahnya. Macan kurung muncul di tengah-tengah sistem pemerintahan kolonial dan adat-istiadat budaya feodal. Diduga karya seni ini sebagai ekspresi simbolis perlawanan para perajin ukir atas tekanan hidup yang dirasakan saat itu oleh kolonial. Macan Kurung adalah simbol impian masyarakat untuk mengurung macan sebagai simbol kekejaman Penjajah (Belanda). Singowiryo, salah satu tokoh ukir sebagai penemu desain macan kurung yang merupakan produk ukir yang populer dari Jepara.

Keunikan

Karya seni itu berbentuk seekor macan yang hidup di dalam sebuah kurungan. Di dalam kurungan terdapat pula bola yang dapat menggelinding dan rantai pengikat macan. Bagian atas kurungan sering diberi berbagai hiasan berbentuk binatang, seperti burung, naga jawa, ular, dan sebagainya. Karya itu mempunyai keunikan tersendiri dari teknik pembuatannya. Ukiran ini dibuat pada segelondong kayu utuh tanpa dibelah dan tanpa sambungan. Karena keunikan-keunikan inilah macan kurung pernah menjadi primadona pada masa sebelum booming industri mebel ukir Jepara.

Kelebihan

Macan Kurung[3] adalah salah satu kerajinan kuno dari Jepara berasal dari Desa Mulyoharjo, Jepara, Jepara. Macan Kurung adalah karya patung berseni tinggi dengan ukiran macan yang alami tanpa ada sambunga dari bahan bakunya. Bahkan Perdana Menteri Korea Selatan terheran-heran melihat langsung cara pembuatan macan kurung ketika pembuat macan kurung dari Jepara sedang Pameran Seni di Korea selatan, Bahkan Perdana Menteri tersebut langsung membeli Macan kurung meskipun baru setengah jadi alias belum di cat/politur.

Catatan kaki

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-27. Diakses tanggal 2012-01-31. 
  2. ^ http://www.ilovejepara.co.cc/2011/07/mengusung-ikon-macan-kurung.html[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-16. Diakses tanggal 2011-12-01.