Gestalt

Gestalt dalam artikel ini adalah sebuah bahasan terkait psikologi. Untuk terapi yang bernama serupa, silakan buka terapi gestalt
Penggunaan pola warna dan arah panah membuat otak mengelompokkan lingkaran kuning terpisah dari lingkaran biru, walaupun sebenarnya memiliki bentuk identik

Gestalt bisa merujuk kepada dua hal, yaitu sekolah psikologi dan sebuah teori mengenai persepsi yang menekankan pengorganisasian pola dan konfogurasi, tidak lagi membahas detail elemennya secara terpisah. Dalam teori ini, komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan dijadikan sebuah kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap psikologi strukturalisme dan elementalis. Di dalam gestalt, informasi dipersepsikan secara menyeluruh dibandingkan potongan-potongan bagian yang dipreoses terpisah. Gestalt sering dihubungkan dengan ungkapan, "The whole is greater than the sum of its parts", atau "Sebuah keseluruhan lebih besar daripada bagian-bagian kecilnya". [1]

Sejarah

Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Penamaan gestalt berasal dari Bahasa Jerman yang berarti pola atau konfigurasi.

Prinsip dasar

Para penganut gestalt adalah orang-orang yang pertama kali mendokumentasikan dan mendemonstrasikan banyak sekali fakta empiris mengenai persepsi, termasuk fakta mengenai persepsi gerak, persepsi kontur, persepsi kekonstanan, dan persepsi ilusi, Penemuan fenomena phi oleh Wertheimer adalah salah satu contoh dari kontribusi ini.

Reifikasi

Ilustrasi reifikasi

Reifikasi adalah aspek konstruktif atau generatif dari persepsi, yang menejelaskan bahwa objek yang dipersepsikan mengandung lebih banyak informasi spasial dibanding stimulus sensori yang didapat dari benda tersebut. Di gambar A yang ada di kanan layar, terlihat adanya segitiga, walaupun sebenarnya tidak ada segitiga yang dibuat di bidang tersebut. Di gambar B dan D, mata merasakan adanya bentuk terpisah, melengkapi sisanya yang tergambar dengan jelas. Di gambar C, sebuah bentuk bola 3 dimensi dipersepsikan, walau sebenarnya tidak ada bola yang digambar.

Reifikasi bisa dijelaskan melalui pembelajara kontur ilusi, yang diperlakukan oleh sistem visual kita sebagai kontur "yang sebenarnya."

Multistabilitas

Ilusi yang berhubungan dengan multistabilitas
Ilustrasi garpu tala dengan jumlah kaki yang ambigu

Multistabilitas (atau persepsi multistabil) adalah kecenderungan terciptanya pengalaman persepsi ambigu yang hilang dan muncul dari dua atau lebih intepretasi alternatif. Ini dengan mudah bisa disadari, misalnya, melalui ilustrasi Kubus Necker dan Ilusi Wajah/Vas Rubin. Contoh lainnya adalah ilusi garpu tala dengan jumlah kaki yang ambigu, yang dibuat M. C. Escher.

Invarian

Ilustrasi invarian

Invarian adalah bagian dari persepsi yang menjelaskan beberapa objek geometris simpel yang bisa dikenali sekalipun diputar, digeser, diubah ukurannya, dan beberapa variasi lainnya, termasuk deformasi elastis, pencahayaan yang berbeda, dan tambahan-tambahan lainnya sebagai pembeda. Sebagai contoh, objek bagian A di gambar kanan seluruhnya dianggap bentuk yang sama saja, sekaligus bisa dibedakan dengan bentuk di bagian B. Namun selanjutnya, tetap bisa dipersepsikan sama dengan bentuk di bagian C dan D, walau sudah dideformasi bentuknya. Teori komputasional untuk visi, seperti yang dicetuskan oleh David Marr telah memberikan alternatif penjelasan bagaimana objek yang dipersepsikan bisa diklasifikasikan.

Jenis pengorganisasian persepsi

Pengelompokan persepsi

Seperti halnya pengorganisasian figure-ground, pengelompokan persepsi adalah bagian dari pengorganisasian persepsi. Pengelompokan persepsi adalah proses yang menentukan bagaimana beberapa objek yang masuk dalam penglihatan dikelompokkan sebagai bagian yang berhubungan satu sama lain dengan menggunakan informasi tersebut untuk mendeteksi objek.

Beberapa aturan yang termasuk dalam cara pengelompokan ini adalah:

  1. Hukum kedekatan posisi (law of proximity)
  2. Hukum kesamaan bentuk (law of similiarity)
  3. Hukum penutupan bentuk (law of closure)
  4. Hukum kesinambungan pola (law of continuity)
  5. Hukum kesamaan arah gerak (law of common fate)
  6. Hukum pengalaman masa lampau (law of past experience)
  7. Musik
  • Law of proximity: Pikiran akan mempersepsikan ada 3 kelompok dalam gambar ini, walau bentuk, warna, dan ukurannya berbeda-beda.[2]
    Law of proximity: Pikiran akan mempersepsikan ada 3 kelompok dalam gambar ini, walau bentuk, warna, dan ukurannya berbeda-beda.[2]
  • Law of similiarity:Pikiran akan secara intuitif membedakan kelompok kotak dan lingkaran, walau warnanya berbeda-beda[3]
    Law of similiarity:Pikiran akan secara intuitif membedakan kelompok kotak dan lingkaran, walau warnanya berbeda-beda[3]
  • Law of closure:Walaupun semu, pikiran akan menganggap ada segitiga yang muncul dari ketiga garis yang punya arah, warna dan ketebalan berbeda[4]
    Law of closure:Walaupun semu, pikiran akan menganggap ada segitiga yang muncul dari ketiga garis yang punya arah, warna dan ketebalan berbeda[4]
  • Law of continuity: Segitiga yang sebenarnya acak di gambar ini sebenarnya ukuran, warna, dan arahnya berbeda-beda, namun dirasakan membentuk alur garis yang searah[5]
    Law of continuity: Segitiga yang sebenarnya acak di gambar ini sebenarnya ukuran, warna, dan arahnya berbeda-beda, namun dirasakan membentuk alur garis yang searah[5]
  • Law of common fate: segitiga-segitiga yang ada di tengah akan dikelompokkan menjadi satu karena seragam mengarah ke kanan dibanding yang lain yang mengarah acak, walau bentuk, warna, dan ukurannya identik. [6]
    Law of common fate: segitiga-segitiga yang ada di tengah akan dikelompokkan menjadi satu karena seragam mengarah ke kanan dibanding yang lain yang mengarah acak, walau bentuk, warna, dan ukurannya identik. [6]
  • Law of past experience: Pikiran kita langsung terdorong mengelompokkan tiga lingkaran merah, kuning, dan hijau walau sebenarnya warna di gambar ini acak, karena sebelumnya sering melihat warna yang sama di lampu lalu-lintas.[7]
    Law of past experience: Pikiran kita langsung terdorong mengelompokkan tiga lingkaran merah, kuning, dan hijau walau sebenarnya warna di gambar ini acak, karena sebelumnya sering melihat warna yang sama di lampu lalu-lintas.[7]


Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan keteraturan dari pola-pola yang sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang melihat awan, dia dengan mudah bisa menemukan bentuk muka seseorang. Hal ini disebut pragnanz.

Pengorganisasian figure-ground

Contoh permainan figure-ground yang diperkenalkan Edgar Rubin. Pikiran kita akan kebingungan menentukan ini sebenarnya dua wajah manusia yang saling berhadapan ataukah sebuah piala, karena tidak bisa menentukan dengan pasti mana bagian yang merupakan figure dan mana yang ground

Pengorganisasian figure-ground adalah jenis lainnya dari pengorganisasian persepsi, yang menginterpretasi elemen persepsi dalam kerangka bentuk dan lokasi relatifnya di dalam permukaan di dunia 3 dimensi. Figure-ground menstrukturkan persepsi bidang menjadi figure (tampil mencolok di depan di bidang persepsi) dan latar belakangnya (tenggelam di belakang figure). Karya perintis dari pengorganisasian figure-ground dibuat oleh psikolog Denmark, Edgar Rubin. Ahli psikologi gestalt mendemonstrasikan bahwa manusia cenderung mempersepsikan figure di bidang persepsi sebagai benda yang cembung, simetri, kecil, dan tertutup.

Lihat pula

  • Psikologi persepsi
  • Psikologi

Reerensi

  1. ^ What is gestalt in psychology?. dari situs verrywellmind
  2. ^ Law of Proximity (Gestalt Principle): Examples & Definition. dari situs helpfulprofessor
  3. ^ The Law of Similarity. dari situs interaction design
  4. ^ Law of Closure. dari situs interaction design
  5. ^ The Law of Continuity. dari situs interaction design
  6. ^ What is the law of common fate?. dari situs interaction design
  7. ^ Gestalt Laws: Form, Continuation, & Common Fate. dari situs explorable.com